Minggu, 29 Juli 2007

hari terakhir menatapmu


sebuah surat yang kutulis sebelum kau berangkat ke jogja. aku, kamu, kita. yakin bahwa semua akan baik2 saja.
di bandara ssq simpang tiga, disitu terakhir aku menatap mu.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
semua ini berawal dari sebuah kelelahan.
kelelahan adalah kata yang tepat untuk mewakili saat itu.
karena kelelahan merupakan sebuah titik yang menjadi puncak dari sebuah aktifitas.
dalam ilmu ekonomi, kelelahan adalah sebuah break event point, dimana grafik telah mencapai titik maksimal tertinggi dan mulai kembali mengarah kebawah mencapai titik terendah. kelelahan menjadi sebuah titik balik dimana kemajuan berubah menjadi penurunan.
tetapi kelelahan yang kumaksud disini bukan seperti kelelahan-kelelahan yang dimaksud diatas.
waktu itu aku merasakan kelelahan yg amat sangat. bukan karena belakangan ini aku melakukan expedisi pendakian beberapa gunung dalam satu bulan yang sama. bukan pula karena perjuangan maksimalku untuk study di kampus berakhir dengan kegagalan, atau karena tubuhku mulai keropos dihisap petualangan-petualangan di dalam dunia khayal yang semu. semua itu bukan penyebab kelelahan yang kurasakan.
mungkin lebih teat kalau aku menyebutnya kehilangan objektifitas, bukan kelelahan. karena saat itu aku merasa telah melakukan semua hal yang ingin kulakukan namun hasil yang kudapatkan bukan hal-hal yang kuinginkan. tetapi aku tetap lebih suka menyebutnya kelelahan, bukan kehilangan objektifitas. karena saat itu aku benar-benar merasakan lelah.
dalam kelelahan, aku tidak melakukan apa-apa, dan juga tidak pergi kemana-mana. aku memilih untuk tetap tinggal diam dalam kelelahanku. hingga suatu pagi aku menemukanmu. wakatu itu matahari telah bersinar dan embun-embun diujung daun telah luruh dan terserap tanah, tapi kelelahanku masih utuh bersama-samaku.
aku telah berkali-kali terpesona oleh keajaiban-keajaiban pada puncak-puncak gunung, juga oleh keindahan awan dan kecantikan bunga-bunga abadi. aku telah berkali-kali terbius oleh dunia khayal yang semu, tertantang oleh petualangan-petualangan yang menuntut usaha maksimal. semua itu telah menguras ku sampai tandas
tapi kini berbeda, ketika aku menemukanmu pada pagi yang bermatahari dan embun telah terserap tanah. aku terpesona bukan oleh keajaiban, keindahan atau kecantikan. aku terbius bukan oleh khayalan atau hal-hal semu. aku tertantang juga bukan karena petualangan. tapi aku terpesona, terbius dan tertantang olehmu. semua itu muncul dan kurasakan dalam kelelahanku ketika aku menemukanmu. hingga aku menginginkanmu.
dalam kelelahan yang utuh kau menerimaku setelah aku menemukanmu. mungkin karena kau lelah kutemui berkali-kali atau karena kau lelah mencari-cari jawaban untuk menolakku. atau bisa juga karena kau bingung, lelah memikirkan pertanyaanku yang itu-itu saja. tapi apapun yang menjadi alasanmu yang pasti kau telah menerimaku menjadi bagianmu
kini setelah cukup lama kau bersamaku, mungkin kau lelah, lelah mendengarkanku, lelah mencoba tuk mengerti aku, lelah membangun mimpi-mimpi bersamaku, lelah melarang "keinginan-keinginan"ku , lelah menyamakan harapan mu dan harapanku.
apakah kau lelah?
maaf kalau aku membuatmu ikut merasakan kelelahan
tapi jangan khawatir. kelelahan itu tidak akan lama menyertaimu
karena waktu, sebentar lagi akan merenggutmu dariku
karena jarak, sebentar lagi akan menjauhkanmu dari ku
tapi setelah itu, setelah jarak dan waktu, merenggut dan menjauhkanmu dari ku.
apakah aku akan lelah menantimu?
apakah aku akan lelah mengharapkanmu?
apakah aku akan lelah mengejar mimpi yg dulu inginku bangun bersamamu?
apakah aku akan lelah?
maaf kalau itu tidak akan melelahkanku
karena kelelahan telah lama bersamaku, jauh sebelum aku menemukanmu pada pagi yang bermatahari dan embun terserap tanah.
karena kelelahanku telah habis terkuras sampai tandas, olehmu.
semua ini berawal dari sebuah kelelahanku yang utuh dan berakhir pada kelelahan yg terkuras sampai tandas olehmu.
lelahkah aku, atau kamu